OBESITAS dan DISEBELITAS KERJA
1.
Definisi
dan klasifikasi obesitas
Kegemukan
dan obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat menimbulkan risiko kesehatan ke individu.
Kegemukan
dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk
diabetes, penyakit jantung dan kanker dan sementara itu pernah menjadi masalah
hanya di negara berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas
meningkat secara dramatis kini di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
negara-negara seperti sekarang menghadapi "beban ganda" dari
penyakit, untuk sementara mereka terus berhubungan dengan masalah penyakit
menular dan kurang gizi, mereka juga mengalami kenaikan pesat dalam faktor
risiko penyakit kronis seperti obesitas dan kelebihan berat badan, terutama di
perkotaan.
Berdasarkan
klasifikasi WHO pada tahun 1998, dinyatakan BBL bila IMT 25,0–29,9 kg/m2 dan
obesitas bila IMT ≥30,0 kg/m2. Hal ini lebih dirinci sebagai berikut:
1.
obesitas
ringan IMT 30,0–34,9
2.
obesitas
sedang IMT 35,0–39,9
3.
obesitas
berat (morbid) IMT ≥40,0 kg/m2
Tipe
Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
a.
Obesitas Tipe Buah Apel
Pada
pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dandi rongga
perut sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel
(apple type). Karena lemak banyak berkumpul di rongga perut, obesitas tipe buah
apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki
disebut juga sebagai obesitas tipe android.
b. Obesitas Tipe
Buah Pear
Kelebihan lemak
pada wanita disimpan di bawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga
tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir
tubuh yaitu di pinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai
obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai
obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe gynoid.
2.
Penyebab
obesitas
Penyebab Secara ilmiah, obesitas
terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh
tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor :
1.
Faktor
genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga
diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong
terjadinya obesitas.
2. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam
berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang
cukup berarti.
3. Faktor psikis.
Apa yang ada di dalampikiran seseorang
bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi
terhadap emosinya dengan makan.
4.
Faktor
perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel
lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam
tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
yang berat badannya normal.
5.
Aktivitas
fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan
merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas
di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit kalori.
6. Usia.
Menjadi tua cenderung menjadi kurang
aktif. Juga terdapat penyusutan jumlah otot yang merendahkan metabolisme. Semua
ini mengurangi keperluan kalori.
7.
Diet.
Konsumsi makanan kalori tinggi seperti
makanan cepat saji (fast food) secara teratur ditambah dengan soft drinks,
candy dan desserts menyumbang peningkatan BB.
8.
Kehamilan.
Selama kehamilan BB perempuan
bertambah. Pasca melahirkan sebagian mereka mengalami kesukaran menurunkan BB
kembali. .
9.
Obat-obatan.
Kortikosteroid dan anti
depresantrisiklik, khususnya, dapat menyebabkan penambahan BB. Selain itu obat
hipertensi dan antipsikosis juga dapat.
10.
Masalah
medis.
Adajuga obesitas yang disebabkan
gangguan hormonal seperti hipotiroid,sindrom Cushing, dan sindrom polikistik
ovarium (PCOS). Artritis yang mengurangi keaktifan fisik juga dapat menyebabkan
penambahan BB.
11.
Alkohol.
Alkohol
menambah kalori dan juga selera makan.
3.
Resiko
komplikasi obesitas
Seseorang dengan obesitas menghadapi
risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:
1.
Hipertensi.
Penambahan jaringan lemak meningkatkan
aliran darah.Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air
yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh
darah mengangkut darah berkurang. Semuanya dapat meningkatkan tekanan darah.
2.
Diabetes.
Obesitas merupakan penyebab utama DM 2.
Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh
negatif terhadap kesehatan.
3.
Dislipidemia.
Terdapat peningkatan kadar low-density
lipoprotein cholesterol("jahat"), penurunan kadar high-density
lipoprotein cholesterol("baik") dan peningkatan kadar trigliserida.
Dispilidemia berisikoterbentuknya aterosklerosis.
4.
Penyakit
jantung koroner dan Stroke.
Penyakit-penyakit ini merupakan
penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.
5.
Osteoartritis.
Obesitas memperberat beban pada sendi-sendi.
6.
Apnea
tidur.
Obesitas menyebabkan saluran napas yang
menyempit yangselanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan
mendengkurberat.
7.
Asma.
Anak dengan BBL atau obes cenderung
lebih banyak mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.
8.
Kanker.
Banyak jenis kanker yang berkaitan
dengan BBL misalnya pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium
dan kandung empedu;pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.
9.
Penyakitperlemakan
hati.
Baik peminum alkohol maupun bukan dapat
mengidap penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD)
atau non alcoholic steato hepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi
sirosis.
10.
Penyakit
kandung empadu.
Orang dengan BBL dapat menghasilkan
banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.
11.
Gout.
Obesitas juga mungkin berkaitan dengan
gout.8,9 Bahkan pada perempuan sehat yang belum obes the Pensacola Study telah
menujukkan bahwa peningkatan LP sudah meningkatkan parameter risiko metabolik.
4.
Disabelitas
kerja yang disebabkan oleh obesitas
Pengaruh Obesitas terhadap Tidur, Nyeri
Lutut, dan Tekanan Darah.
A.Pengaruh Obesitas terhadap Tidur
Obesitas merupakan faktor risiko utama
untuk obstructive sleep apnea (OSA) gejalanya mulai dari mengorok sampai
mengompol (terutama pada anak dimana seringkali diduga akibat DM type 2 atau
diuresis osmotik). Lebih dari 75% pasien dengan OSA dilaporkan mempunyai berat
badan >120% berat badan ideal. Bukti epidemiologi dari Wisconsin Sleep
Cohort Study menunjukkan bahwa risiko apnea tidur meningkat secara signifikan
dengan obesitas. Lingkar leher> 17 inci, yang berkorelasi dengan obesitas,
juga sangat berkorelasi dengan OSA. Salah satunya adalah penebalan jaringan
lemak di daerah faringeal yang seringkali diperberat oleh adanya hipertrofi
adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di malam hari menyebabkan
tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai kompensasi, seseorang akan
cenderung mengantuk keesokan harinya dan hipoventilasi. Terdapat hubungan
timbal balik antara pengaruh tidur dan obesitas. Tidur atau kurang tidur, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan hormonal sehingga menyebabkan peningkatan berat
badan. Suatu penelitian yang dipublikasikan oleh Public Library of Science
(2004) menunjukkan bahwa waktu tidur yang singkat menyebabkan kadar hormon
ghrelin meningkat, di samping juga penurunan kadar leptin, yang merupakan
hormon supresan selera makan. Ghrelin menstimulasi nafsu makan dan memproduksi
sel lemak. Ketidakseimbangan hormon berhubungan dengan pola tidur yang pendek
atau terganggu dikombinasikan dengan tingkat energi yang rendah karena
kurangnya waktu tidur, hal ini mungkin menjadi penyebab obesitas pada beberapa
orang.
B.Pengaruh
Obesitas terhadap Osteoartritis (Nyeri Lutut)
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit
sendi yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri
dan disabilitas pada penderitanya sehingga dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari. OA ini menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi
penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal, dan
sevikal.5 Obesitas menyebabkan tekanan ekstra pada tulang dan sendi. Akibatnya,
obesitas ini meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis. Obesitas maupun overweight
secara langsung berdampak pada ketahanan sendi, khusunya pada lutut. Suatu
studi menyebutkan bahwa osteoartritis lutut terjadi pada 4 hingga 5 kali lebih
sering pada orang dengan kelebihan berat badan dibandingkan dengan orang yang
berat badannya normal. Sewaktu berjalan terdapat peningkatan tekanan sebesar 3
hingga 6 kali lebih banyak pada orang dengan berat badan yang berlebih. Dengan
kata lain, menjadi overweight 10 pound akan meningkatkan tekanan pada lutut
sebesar 30 hingga 60 pound pada setiap langkah selama berjalan.6 Sedangkan efek
pada anak adalah cenderung berisiko meningkatkan gangguan ortopedik, yaitu
torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped
capital femoral epiphysis) terutama pada anak laki-laki dan gejala tekanan
berat badan pada persendian di ekstremitas bawah.7
C.Pengaruh Obesitas terhadap Tekanan Darah
Framingham Heart Study melakukan
penelitian selama 44 tahun dan melaporkan bahwa dari seluruh responden yang
kelebihan berat badan (obesitas dan overweight) ditemukan sekitar 26% kasus
hipertensi terjadi pada laki-laki dan 28% pada wanita, dan sekitar 23% kasus
penyakit jantung koroner pada laki-laki serta 15% pada perempuan.8
Yang mendasari timbulnya hipertensi pada
obesitas adalah peningkatan volume plasma dan peningkatan curah jantung yang
terjadi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin
dan sleep apnea syndrome, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini terjadi
pergeseran konsep, dimana diduga terjadi perubahan neuro-hormonal yang
mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian
tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan
ditemukannya leptin.
Leptin sendiri merupakan asam amino
yang disekresi terutama oleh jaringan adipose dan dihasilkan oleh gen ob/ob.
Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan pengeluaran energi tubuh
melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga berperan
pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin,
natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Secara normal, leptin disekresi kedalam
sirkulasi darah dalam kadar yang rendah, akan tetapi pada obesitas umumnya
didapatkan peningkatan kadar leptin dan diduga peningkatan ini berhubungan
dengan hiperinsulinemia melalui aksis adipoinsular.
5.
Penatalaksanaan
obesitas
Penatalaksanaan
Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat
banyak pilihan antara lain:
1)
Gaya
hidup, perubahan perilaku dan pengaturan makan.
Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan keaktifan fisik,dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Kata
pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan
puluh Sembilan tahun”. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang
sehat.Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan
BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antaralain usia,
keaktifan fisik.
Pembatasan kalori pada setiap penderita
berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
·
Penderita
dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang(1200-1500 kalori/hari
untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria)disertai dengan olah raga
·
Penderita
dengan resiko kesehatanmenengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari
untukwanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.
·
Penderita
dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi,mendapatkan obat
anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olahraga.
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan
dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
·
Diet
harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan(vitamin, mineral
dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harusrendah kalori.
·
Program
penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara
perlahan dan stabil.
·
Sebelum
sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara menyeluruh.
·
Program
yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelahpenurunan berat
badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari
pengendalian berat badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar