Minggu, 10 Juni 2012

obesitas dan disebilitas kerja


OBESITAS dan DISEBELITAS KERJA
1.      Definisi dan klasifikasi obesitas
Kegemukan dan obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat menimbulkan risiko kesehatan ke individu.
Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung dan kanker dan sementara itu pernah menjadi masalah hanya di negara berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas meningkat secara dramatis kini di negara berpenghasilan rendah dan menengah. negara-negara seperti sekarang menghadapi "beban ganda" dari penyakit, untuk sementara mereka terus berhubungan dengan masalah penyakit menular dan kurang gizi, mereka juga mengalami kenaikan pesat dalam faktor risiko penyakit kronis seperti obesitas dan kelebihan berat badan, terutama di perkotaan.
Berdasarkan klasifikasi WHO pada tahun 1998, dinyatakan BBL bila IMT 25,0–29,9 kg/m2 dan obesitas bila IMT ≥30,0 kg/m2. Hal ini lebih dirinci sebagai berikut:
1.          obesitas ringan IMT 30,0–34,9
2.        obesitas sedang IMT 35,0–39,9
3.         obesitas berat (morbid) IMT ≥40,0 kg/m2

Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Obesitas Tipe Buah Apel
Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dandi rongga perut sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type). Karena lemak banyak berkumpul di rongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android.



b. Obesitas Tipe Buah Pear
Kelebihan lemak pada wanita disimpan di bawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir tubuh yaitu di pinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe gynoid.
2.      Penyebab obesitas
Penyebab Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor :
                   
1.        Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
2.      Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
3.       Faktor psikis.
Apa yang ada di dalampikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
4.      Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.
5.      Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
6.      Usia.
Menjadi tua cenderung menjadi kurang aktif. Juga terdapat penyusutan jumlah otot yang merendahkan metabolisme. Semua ini mengurangi keperluan kalori.
7.    Diet.
Konsumsi makanan kalori tinggi seperti makanan cepat saji (fast food) secara teratur ditambah dengan soft drinks, candy dan desserts menyumbang peningkatan BB.
8.      Kehamilan.
Selama kehamilan BB perempuan bertambah. Pasca melahirkan sebagian mereka mengalami kesukaran menurunkan BB kembali. .
9.      Obat-obatan.
Kortikosteroid dan anti depresantrisiklik, khususnya, dapat menyebabkan penambahan BB. Selain itu obat hipertensi dan antipsikosis juga dapat.

10.      Masalah medis.
Adajuga obesitas yang disebabkan gangguan hormonal seperti hipotiroid,sindrom Cushing, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS). Artritis yang mengurangi keaktifan fisik juga dapat menyebabkan penambahan BB.
11.     Alkohol.
Alkohol menambah kalori dan juga selera makan.
3.     Resiko komplikasi obesitas
Seseorang dengan obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:
1.        Hipertensi.
Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah.Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Semuanya dapat meningkatkan tekanan darah.
2.      Diabetes.
Obesitas merupakan penyebab utama DM 2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
3.       Dislipidemia.
Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol("jahat"), penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol("baik") dan peningkatan kadar trigliserida. Dispilidemia berisikoterbentuknya aterosklerosis.
4.      Penyakit jantung koroner dan Stroke.
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.
5.       Osteoartritis.
 Obesitas memperberat beban pada sendi-sendi.
6.      Apnea tidur.
Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yangselanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkurberat.
7.       Asma.
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.
8.      Kanker.
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu;pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.
9.      Penyakitperlemakan hati.
Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic steato hepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis.
10.   Penyakit kandung empadu.
Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.
11.     Gout.
Obesitas juga mungkin berkaitan dengan gout.8,9 Bahkan pada perempuan sehat yang belum obes the Pensacola Study telah menujukkan bahwa peningkatan LP sudah meningkatkan parameter risiko metabolik.

4.      Disabelitas kerja yang disebabkan oleh obesitas
Pengaruh Obesitas terhadap Tidur, Nyeri Lutut, dan Tekanan Darah.
A.Pengaruh Obesitas terhadap Tidur
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk obstructive sleep apnea (OSA) gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol (terutama pada anak dimana seringkali diduga akibat DM type 2 atau diuresis osmotik). Lebih dari 75% pasien dengan OSA dilaporkan mempunyai berat badan >120% berat badan ideal. Bukti epidemiologi dari Wisconsin Sleep Cohort Study menunjukkan bahwa risiko apnea tidur meningkat secara signifikan dengan obesitas. Lingkar leher> 17 inci, yang berkorelasi dengan obesitas, juga sangat berkorelasi dengan OSA. Salah satunya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang seringkali diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai kompensasi, seseorang akan cenderung mengantuk keesokan harinya dan hipoventilasi. Terdapat hubungan timbal balik antara pengaruh tidur dan obesitas. Tidur atau kurang tidur, dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormonal sehingga menyebabkan peningkatan berat badan. Suatu penelitian yang dipublikasikan oleh Public Library of Science (2004) menunjukkan bahwa waktu tidur yang singkat menyebabkan kadar hormon ghrelin meningkat, di samping juga penurunan kadar leptin, yang merupakan hormon supresan selera makan. Ghrelin menstimulasi nafsu makan dan memproduksi sel lemak. Ketidakseimbangan hormon berhubungan dengan pola tidur yang pendek atau terganggu dikombinasikan dengan tingkat energi yang rendah karena kurangnya waktu tidur, hal ini mungkin menjadi penyebab obesitas pada beberapa orang.
B.Pengaruh Obesitas terhadap Osteoartritis (Nyeri Lutut)
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderitanya sehingga dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. OA ini menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal, dan sevikal.5 Obesitas menyebabkan tekanan ekstra pada tulang dan sendi. Akibatnya, obesitas ini meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis. Obesitas maupun overweight secara langsung berdampak pada ketahanan sendi, khusunya pada lutut. Suatu studi menyebutkan bahwa osteoartritis lutut terjadi pada 4 hingga 5 kali lebih sering pada orang dengan kelebihan berat badan dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Sewaktu berjalan terdapat peningkatan tekanan sebesar 3 hingga 6 kali lebih banyak pada orang dengan berat badan yang berlebih. Dengan kata lain, menjadi overweight 10 pound akan meningkatkan tekanan pada lutut sebesar 30 hingga 60 pound pada setiap langkah selama berjalan.6 Sedangkan efek pada anak adalah cenderung berisiko meningkatkan gangguan ortopedik, yaitu torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral epiphysis) terutama pada anak laki-laki dan gejala tekanan berat badan pada persendian di ekstremitas bawah.7
C.Pengaruh Obesitas terhadap Tekanan Darah
Framingham Heart Study melakukan penelitian selama 44 tahun dan melaporkan bahwa dari seluruh responden yang kelebihan berat badan (obesitas dan overweight) ditemukan sekitar 26% kasus hipertensi terjadi pada laki-laki dan 28% pada wanita, dan sekitar 23% kasus penyakit jantung koroner pada laki-laki serta 15% pada perempuan.8
 Yang mendasari timbulnya hipertensi pada obesitas adalah peningkatan volume plasma dan peningkatan curah jantung yang terjadi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana diduga terjadi perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya leptin.
Leptin sendiri merupakan asam amino yang disekresi terutama oleh jaringan adipose dan dihasilkan oleh gen ob/ob. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan pengeluaran energi tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Secara normal, leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam kadar yang rendah, akan tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan kadar leptin dan diduga peningkatan ini berhubungan dengan hiperinsulinemia melalui aksis adipoinsular.
5.      Penatalaksanaan obesitas
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat banyak pilihan antara lain:

1)       Gaya hidup, perubahan perilaku dan pengaturan makan.
Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan fisik,dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Kata pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan puluh Sembilan tahun”. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang sehat.Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antaralain usia, keaktifan fisik.
Pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
                                                       
·         Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang(1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria)disertai dengan olah raga
·         Penderita dengan resiko kesehatanmenengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untukwanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.
·         Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi,mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olahraga.
                                            
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
·         Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harusrendah kalori.
·         Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.
·         Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
·         Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelahpenurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan.

Tidak ada komentar: